Thursday, 19 January 2012

Wawancara kami dengan Steven berlangsung dalam dua bagian. Sebelum Steven berangkat ke Bangkok, kami telah melakukan wawancara dengan Steven via e-mail. Namun kami kemudian memutuskan bahwa kami juga harus mewawancara Steven sepulangnya dari Bangkok untuk mendengar cerita Steven tentang Mister International 2011. Minggu lalu kami akhirnya mendapat kesempatan bertemu langsung dengan Steven untuk melakukan wawancara. Berikut inilah bagian pertama wawancara kami dengan Steven. Enjoy!


Bio
Nama panjang : Steven Yoswara
Gelar nasional : L-Men of The Year 2009
Tempat / tanggal lahir : Bandung, 30 Juli 1989
Lagu favorit : "Give Me Everything" oleh Pitbull
Penyanyi favorit : Coldplay
Film favorit : All Marvel's movie
Aktor / artis favorit : Dwayne Johnsen "The Rock"
Buku favorit : One Piece
Olahraga favorit : bersepeda dan fitness
Moto hidup : "Real happiness is seeing others get their happiness because of you"
Prestasi pada Mister International 2011 :
Second Runner Up (3rd place)


The Man Named Steven Yoswara


Sebelum berbicara tentang Mister International, wawancara kami dimulai dari pertanyaan-pertanyaan seputar Steven dan kehidupannya. Jadi siapakah pria yang bernama Steven Yoswara ini? Steven terlahir sebagai anak kedua dari 3 bersaudara, mempunyai satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Saat ini Steven sedang menyelesaikan kuliah semester akhir di Universitas Maranatha fakultas Seni Rupa dan Design. Namun setelah terpilih sebagai L-Men of The Year 2009, selain aktif sebagai mahasiswa, Steven juga kini mulai menekuni karir di dunia entertainment. Peran keluarga sangatlah penting bagi Steven yang merasakan dirinya tidak akan bisa seperti sekarang tanpa mereka. “Mereka selalu mendukung saya dalam setiap kegiatan yang saya lakukan baik dalam studi maupun pekerjaan, baik sacara moril maupun material. Misalnya saja, Ibu yang selalu menyiapkan makanan sehat untuk menu saya sehari-hari dan mengingatkan saya untuk beristirahat, Ayah yang selalu mengajarkan saya agar menjadi orang yang disiplin dan bertanggung jawab dalam pendidikan maupun karir saya. Begitupun Adik dan Kakak yang memberi dukungan untuk saya.” Demikian urainya.

Steven mendeskripsikan diirnya sebagai ‘an extrovert artist who is addicted with healthy life style’. Seni dan olahraga adalah dua hal yang tak terpisahkan dari kehidupan Steven. Dia adalah seorang pecinta seni dan fotografi yang terbiasa dengan gaya hidup sehat. Olahraga menjadi kegiatan yang rutin bagi Steven, hampir setiap hari dia pergi ke gym. Selain itu dia juga rutin melakukan olahraga bersepeda. Tempat favoritnya untuk bersepeda adalah kawasan dataran tinggi Lembang yang terletak tak jauh dari kota Bandung.

A Superhero and His Hero

“Saya ingin menjadi Captain America.” Demikian jawab Steven ketika kami bertanya seandainya dia bisa menjadi tokoh pada salah satu film, tokoh manakah yang dia inginkan “Captain America, dengan segala kekurangannya, memiliki hati emas yang mau membela orang-orang yang disayanginya tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Remember, not because of the outlook. Good outlook is not always good, but good heart will always be good.”

Jawaban itu mungkin tidak terlalu mengejutkan karena sikap-sikap heroisme tampaknya sudah lekat dengan diri Steven sejak dia masih kecil. Bahkan sewaktu kecil, Steven pernah bercita-cita ingin menjadi anggota pasukan perang seperti di film-film kolosal. Namun bahkan seorang superhero pun masih memiliki pahlawannya sendiri. Dan bagi Steven, sosok pahlawan yang menjadi inspirasi terbesar dalam hidupnya adalah ayahnya sendiri.

Dalam deskripsinya, Steven menyatakan ayahnya sebagai seseorang yang tidak pernah merasa iri. “Ayah saya selalu bersyukur dalam hidupnya. meskipun dapat dikatakan dia adalah seorang ayah dan suami yang berhasil membahagiakan keluarganya, ia tidak pernah iri melihat keadaan orang lain yang berada di atasnya, dia selalu rendah hati. Kita dengan mudah dapat berduka melihat kesusahan orang lain, tapi hanya sebagian yang dapat ikut berbahagia melihat kesuksesan orang lain. He is one them!


Experience is The Best Teacher

Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Bagi Steven sendiri, pengalaman apakah yang paling menarik dalam hidupnya? Ternyata dulu Steven pernah mendapat sebuah kesempatan berharga untuk mempertunjukkan bakat yang dia miliki. Tapi entah mengapa tiba-tiba saja Steven tidak dapat melakukannya. Padahal saat itu banyak orang yang sengaja melihat dan bahkan ada yang merekam. Namun justru di saat itulah Steven tidak bisa melakukan keahliiannya yang biasanya begitu mudah dia lakukan.

Penglaman lain yang tak akan terlupakan lainnya bagi Steven adalah keikutsertaannya di ajang L-Men of The Year 2009. “L-Men of The Year telah membuka kesempatan bagi saya untuk memasuki dunia entertainment, bertemu banyak orang baru, menjadi duta hidup sehat. Semua itu memberikan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya.” Tuturnya. Bahkan melalui ajang L-Men of The Year pulalah Steven mendapat kesempatan yang sangat berharga, mewakili Indonesia di ajang Mister International 2011.


Bangkok Calling

Setelah puas menanyakan berbagai pertanyaan tentang Steven, kini saatnya kita berbicara tentang Mister International 2011. Bagaimana persiapan Steven dalam menghadapi kompetisi tersebut? “Banyak sekali ya persiapannya, mulai dari persiapan fisik seperti menaikkan intensitas olahraga serta menjaga pola makan dan istirahat bagi tubuh saya. Selain itu saya juga melakukan fitting dengan beberapa desainer ternama di Indonesia, berlatih interview, dan menambah pengetahuan saya tentang Indonesia.” Hebatnya semua persiapan itu dilakukan Steven di tengah kesibukan kegiatan akademisnya. “Semua persiapan dan kepergian saya ke Thailand itu saya lakukan di tengah jadwal ujian akhir semester yang tidak dapat saya ikuti sesuai jadwalnya. Tetapi untungnya banyak dosen yang mendukung saya dan memberikan tugas yang bisa diselesaikan lebih awal sehingga saya tetap bisa menyelesaikan kewajiban akademis saya sekaligus mempersiapkan diri ke Bangkok.”

Namun meski sudah mempersiapkan diri dengan sangat matang, Steven sempat juga merasa kurang percaya diri saat pertama kali melihat para pesaingnya di Bangkok. “Mungkin karena banyak sekali diantara mereka yang tinggi-tinggi ya, jadi awalnya sempat kaget juga.” Namun setelah menjalani karantina, perasaan itu lenyap karena ternyata semua kontestan begitu bersahabat satu sama lain. Bahkan suasana kompetisi nyaris tidak terasa karena para kontestan justru saling membantu satu sama lain. Tentunya setiap kontestan masih menyimpan keinginan untuk memang, tapi hal itu tidak menjadikan mereka saling menjatuhkan tapi justru malah menjadi kesempatan untuk bersaing secara sportif sambil menambah teman-teman baru dari berbagai penjuru dunia.


Stay tuned untuk bagian kedua wawancara IP dengan Steven .... stay tuned!

Wawancara oleh : Nursasongko & Ayus Wijaya
Teks oleh : Ayus Wijaya

Steven dan Nursasongko dari IP

Special thanks untuk Steven Yoswara dan pihak L-Men yang memberikan kesempatan kepada kami untuk wawancara ini.

Untuk informasi lebih lanjut tentang L-Men kunjungi website berikut :
www.l-men.com

Jangan lupa bergabung juga di fanpage IP yang baru ya!
http://www.facebook.com/indonesianpageants

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer